Polisi. Jika kita mendengar kata polisi, yang terbayang dibenak kita adalah sekumpulan pria gagah berseragam coklat
mengenakan topi dengan logo khas di topinya, dan pistol disamping sakunya. Polisi, sosok yang gagah berani membela serta
menegakkan kebenaran. Sosok yang 95% sangat dikagumi, terutama oleh anak-anak, bahkan termasuk saya ketika masih kecil.
Gambar 1. Sekumpulan polisi. (sumber: http://okezone.com) |
Namun kenyataannya, polisi memiliki image yang jelek, terutama bagi para pengendara sepeda motor. Bahkan, image polisi semakin memburuk dimata publik, terutama dalam waktu belakangan ini. Masyarakat seolah kehilangan sosok yang sebenarnya dari seorang polisi. Polisi yang seharusnya menanungi masyarakat, justru mengaum ganas bagaikan harimau yang siap menerkam mangsa disaat perutnya keroncongan. Tak heran jika banyak yang menilai kinerja buruk polisi tersebut dan pada akhirnya menimbulkan kericuhan, seperti yg dikutip oleh SuaraPembaruan.com.Apa yang menyebabkan hal ini terjadi? Mari kita telusuri!
Gambar 2. Polisi yang melakukan tindak kekerasan. |
Santer terdengar kabar mengenai penyakit 'rakus uang' atau bahasa kerennya, KORUPSI yang terjadi didalam kepolisian. Sudah menjadi pengetahuan publik bahwasanya ada beberapa "petinggi" di Kepolisian tidak puas dengan sejumlah gaji yang sudah ditetapkan, sehingga pada akhirnya terjadilah korupsi. Kalau orang minang bilang 'mancilok piti', kalau orang Batak bilang, 'manangko hepeng'. Korupsi didalam 'Kerajaan' Polisi ini bahkan tidak hanya melibatkan segelintir orang, tapi bahkan 'segelintar', karena saking banyaknya.
Tidak hanya korupsi, kebanyakan polisi kerap melakukan praktik pemerasan kepada masyarakat. Contohnya 'uang damai' yang dikenakan oleh orang-orang yang mereka tilang. Bahkan, pernah terjadi suatu kepahitan masyarakat yang dilakukan oleh polisi, dimana sebuah rumah dibobol maling hingga mengalami kerugian sampai 100jt rupiah. Namun ketika korban mengadukan kepada polisi dan berharap ada penanganan cepat, polisi tersebut justru dengan santainya meminta 'pajak' agar proses pengejaran terhadap pelaku langsung dilakukan. Lucu banget yah, polisinya udah sama kayak oplet, musti bayar setoran'.
Saya jadi heran, 'emangnya gaji polisi kurang besar apa coba?'. Gaji polisi gede coyy, belum termasuk tunjangan sana sini. Jadi seharusnya mereka tidak perlu rakus makan uang 'bechek-bechek'. Logikanya, jika ada polisi yang dengan seenaknya korupsi, berarti beliau tidak bermoral bukan? Lantas bagaimana mungkin seorang yang tidak bermoral bisa menjadi polisi?
Tentunya sahabat-sahabit semua tau, untuk bisa menjadi seorang polisi itu tidak mudah dan harus melewati proses yang panjang. Kita harus mengikuti seleksi untuk kemudian dibina di sekolah yang bernama SPN atau Sekolah Polisi Negara. Nah, sering terdengar kabar bahwa untuk bisa lulus seleksi, ada cara mudah, yaitu dengan menyogok dalam jumlah yang tidak sedikit, atau istilah kerennya 'UANG PELICIN' dimana anda akan melewati 'jalan licin' sehingga lebih berpeluang untuk lulus dan menjadi murid SPN. Kalau begitu kasihan dong orang baik yang benar-benar ingin mengabdi kepada negara karena harus kalah dengan orang kaya berhati licik yang ingin menjadi polisi semata-mata karena uang/jabatan/kehormatan. NAH LHO!
Jika korupsi sudah menjadi hal yang lumrah di kepolisian, siapa lagi yang akan memberantas korupsi? Jika seseorang ingin masuk polisi dengan cara membayar uang pelicin, lantas bagaiaman mau mengharapkannya membela kebenaran? Jika menggunakan jasa polisi harus bayar setoran dulu, bagaimana nasib orang miskin? Lantas kalau polisi tak bisa diharapkan lagi, siapa yang akan menegakkan kebenaran di negara yang sudah kacau ini? Siapa lagi yang akan memberantas kejahatan dinegara ini? Lalu kepada siapa orang tertindas akan mengadu?
0 komentar:
Posting Komentar