Rabu, 17 Juli 2013

Indonesia Bagaikan Kucing Mengeong

Belum lama ini Indonesia menuai protes keras dari negara tetangga, yaitu Malaysia dan Singapura. Pembakaran lahan besar-besaran yang dilakukan di Riau mengakibatkan timbulnya asap yang telah menyebar luas di wilayah Riau dan menyebrang hingga ke Negara tetangga tersebut. Hal ini pun menjadi pusat perhatian publik, tidak hanya masyarakat Indonesia, tetapi juga dunia.

Presiden SBY pun akhirnya angkat bicara. Melalui pidatonya, beliau secara eksklusif menyatakan rasa menyesal yang sedalam-dalamnya serta mengucapkan permintaan maaf kepada Negara tetangga tersebut. Seolah-olah Indonesia sepenuhnya bersalah dalam insiden ini.

Ketika saya mendengar kabar bahwa beliau meminta maaf, saya fokus kepada Malaysia dan terheran-heran. Ya, saya heran sekaligus bertanya-tanya. Apakah benar Indonesia sepenuhnya bersalah atas kejadian ini? Haruskah SBY meminta permohonan maaf? Dimana letak harga diri bangsa Indonesia?



Masih jelas dalam ingatan saya pemberitaan media masa mengenai Klaim Budaya yang dilakukan oleh Malaysia, dimana mereka secara sepihak mengklaim warisan budaya yang jelas-jelas merupakan milik Indonesia. Sederet warisan budaya seperti Reok Ponoroggo, Tari Bali, Angklung-Jawa Barat, lagu Rasa Sayange dan masih banyak lagi diklaim milik mereka.Hal ini sontak membuat masyarakat Indonesia marah. Kemarahan masyarakat Indonesia semakin menjadi ketika media kembali memberitakan klaim Malaysia terhadap tarian Tor-tor yang merupakan warisan budaya orang Batak di Indonesia. Tidak hanya itu, masih banyak lagi kesalahan yang pihak Malaysia telah lakukan hingga masyarakat Indonesia marah. Namun apa tindakan SBY?

Seiring waktu berita-berita tersebut secara perlahan menghilang dari publik dan konyolnya, pihak Malaysia sama sekali TIDAK MEMBERIKAN PERMOHONAN MAAF. Saya ulangi, TIDAK MEMBERIKAN PERMOHONAN MAAF. Dan SBY sama sekali tidak menuai protes keras terhadap Malaysia, seperti halnya Malaysia memprotes keras Indonesia terkait asap. Indonesia dibawah pimpinan SBY bagaikan anjing menggonggong. Ironis, Indonesia sama sekali tak memiliki harga diri.

SBY, tokoh dibalik Indonesia 'Kucing Mengeong'

Dulu ketika Soekarno memimpin Indonesia, seluruh dunia segan terhadapnya. Sikap tegas serta keberanian yang ada pada dirinya membuat beliau sangat berwibawa. Martabat Indonesia benar-benar terangkat. Hal ini terbukti ketika terjadi konflik antara Malaysia-Indonesia pada tahun 1963, tanpa segan-segan Soekarno menyatakan perang. “Ganyang Malaysia!” itulah yang diucapkannya saat itu, yang akhirnya sampai saat ini menjadi slogan yang sangat terkenal. Tak hanya itu, ketika PBB mengangkat Malaysia sebagai anggota Dekan Keamanan PBB, tanpa ragu-ragu Soekarno menyatakan keluar dari organisasi besar dunia tersebut. Suatu keputusan yang dinilai sangat berani, dilakukan oleh Soekarno. Indonesia dibawah kepemimpinan beliau bagaikan singa yang mengaum hingga menggetarkan seluruh penghuni hutan.
 
Soekarno, Tokoh dibalik Indonesia 'Harimau Mengaum'.
Sebuah perbandingan yang bertolak belakang sekali, antara Soekarno dan SBY. Indonesia yang tadinya adalah harimau mengaum, saat ini telah menjadi kucing mengeong. Indonesia benar-benar kehilangan martabat dan harga diri, bagaikan seorang suami impoten yang tak mampu memuaskan istri, lantaran hardware-nya gak bisa ‘BANGUN’.

Intinya, SBY telah membuat Indonesia menjadi begitu lemah. Jika pimpinan Malaysia berani memprotes Indonesia atas atas insiden yang (katanya) merupakan kesalahan Indonesia, mengapa pimpinan Indonesia tidak berani memprotes Malaysia atas kesalahan yang nyata merupakan kesalahan Malaysia? Mau sampai kapan harga diri bangsa terus diinjak-injak? Mau sampai kapan Indonesia bagai kucing mengeong?





0 komentar:

Posting Komentar